Minggu, 24 Maret 2013

Acara Bukaan LBD " Sinar Putih " di Trayeman Slawi

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem
By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem
By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem


By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

By : LBD  " Sinar Putih "  Cipelem

Jumat, 22 Maret 2013

MEMAHAMI TENAGA DALAM SINAR PUTIH SEBAGAI TENAGA MEDAN BIO MAGNETIK DAN BIO ELEKTROMAGNETIK


1. PEMADUAN DAN PENYIMPANAN TENAGA DALAM SINAR PUTIH
 a.      Peran Gerakan Jurus
Medan magnet dan elektromagnet mengandung, mengimbas dan memencarkan tenaga. Berdasarkan bentuk-bentuk geometrik organ tubuh maka beberapa organ merupakan tempat terjadinya pemaduan medan magnet, sekaligus sebagai sumber imbasan atau pemancarannya. Bentuk geometrik yang dimaksud adalah bentuk lurus, lingkaran tertutup (loop) dan terdapatnya aliran balik dari darah.
Lurusnya lengan akan terpancar medan dari telapak tangan, gerakan-gerakan yang membentuk loop seperti bertemunya kedua telapak tangan dan melengkungnya lengan, serta ujung-ujung runcing dari organ tubuh seperti ujung jari dan ujung siku adalah posisi terpancarnya medan.
Berdasarkan pengertian tersebut maka gerakan 10 jurus dasar dapat dimengerti sebagai penguatan pemaduan medan dan tenaganya. Gesekan-gesekan pada bagian badan adalah upaya fisik melancarkan peredaran darah dan kepekaan syaraf serta melakukan imbasan pada daerah tersebut yang merupakan konsentrasi urat-urat darah dan kelenjar hormonal. Suatu rangkaian gerakan seperti pada tingakahan, pantek, mahdi, syahbandar, dan seterusnya adalahsecara terpadu mengaktifkan tubuh untuk menghasilkan medan magnet yang kuat dengan arah dipol tertentu. Diduga kedua telapak tangan dapat berfungsi seperti magnet tapal kuda.
Kedua telapak kaki harus menempel di bumi adalah agar terjadi proses pengisian jika kekurangan atau pembuangan tenaga medan yang berlebih di dalam tubuh.

b.      Penyimpanan Tenaga
Secara fisik suatu medan magnet terpolarisasi yang mengandung tenaga dan informasi dapat “disimpan” dalam zat yang juga magnetik (contoh nyata : pita magnetik, disket, compact disk, dsb). Penyimpanan tenaga dalam dapat bersifat sementara ataupun permanen. Proses penyimpanan adalah proses pengimbasan pada zat magnetik, dan dengan melalui kekuatan pikiran penyimpanan dapat dilakukan. Adapun zat magnetik yang baik untuk penyimpanan antara lain : Oksigen (O2, di dalam udara), air (H2O), darah (mengandung Fe), tanah liat, kristal yang mengandung zat paramagnetik, logam kelompok besi, kumparan logam (solenoid). Dengan kekuatan pikiran tenaga yang tersimpan di suatu tempat / benda dapat diambil kembali.
Adanya air dapat diminum orang, mengakibatkan tenaga seseorang dapat disimpan di tubuh orang lain melalui air tersebut.

c.       Konvergensi / pemadatan Medan Magnet Alam
Distribusi material magnetik di bumi tidaklah homogen (serba sama), maka medan magnet bumi di tiap titik muka bumi juga tidak selalu sama. Pada tempat-tempat dimana terdapat material magnetik seperti batuan yang mengandung mineral logam kelompok besi, maka terjadi konvergensi / pemadatan medan. Gejala ini disebut anomali magnetik. Anomali magnetik juga dapat terdeteksi melalui alat ukur magnometer. Untuk anomali yang amat kecil magnometer tidak bisa mendeteksinya, dibutuhkan kepekaan yang lebih tinggi.
Adanya air atau sungai bawah tanah dimana di atasnya terdapat padang pasir yang kering akan menunjukkan gejala perubahan medan magnet, karena sifat paramagnetik air dan alirannya. Manusia yang peka akan medan magnet akan dapat merasakannya.


Jadi adanya seseorang yang menemukan sumber air dengan memegang suatu ranting kayu atau batang logam sebetulnyalah bagi seseorang yang peka akan medan magnet dapat melakukan “eksplorasi” magnetik untuk menemukan deposit mineral logam. Ini merupakan eksplorsi geofisika (lihat Gambar 4).





Gambar 4
Konvergensi medan magnet alam karena
deposit mineral atau air (sungai)




Gmbar 5
Sketsa Darah Solenoida


Pemadatan medan magnet bumi juga dapat dilakukan oleh manusia yaitu dengan membuat bangunan yang banyak menggunakan beton bertulang besi ataupun bentuk-bentuk logam “penangkap” medan seperti solenoida (kumparan logam). Sebagai contoh adalah uliran solenoida yang terdapat pada atap di selasar antara labtek (Laboratorium Teknologi) X dan Labtek XI di ITB di atas tangga yang juga mengulir (lihat skets di gambar 5).

Telah dibuktikan bahwa orang-orang yang peka akan terputar atau terdorong ketika konsentrasi pada posisi Jurus Satu. Jadi, bagi yang peka diminta berhati-hati jika berlatih dibawah atap tersebut, karena dapat terpelanting dan menumbuk tembok dinding atau tangga.
Konvergensi lain yang terjadi di alam adalah terdapatnya pusat-pusat magnetik “self dinamic” (dinamika diri) yaitu yang dihasilkan oleh makhluk hidup seperti : manusia, binatang, dan “makhluk halus”. Makhluk halus adalah medan magnet self dinamic, sehingga melalui proses imbasan dan tuning, seseorang dapat mendeteksi keberadaannya. Medan magnet kuat dari seseorang dapat menarik medan magnet makhluk halus, sehingga dekat dengannya atau mendorongnya jauh. Karakteristik medan magnet makhluk halus dapat dirasakan oleh orang yang peka melalui getarannya, suhu, sonik (suara), bau, atau rasa meremang.

d.      Getaran Tubuh
Interaksi antara medan magnet dipol tubuh manusia dan medan luar selain menghasilkan gerak makro (putaran, tarikan, dorongan) juga dapat menghasilkan gerak mikro berupa getaran tubuh (karena sifat elastis tubuh).
Sistem peredaran darah manusia dan kontraksi tubuh akan memberikan efek mekanis getaran dimana tiap-tiap orang mempunyai respon (tanggapan) gerak tertentu. Kekuatan pikiran orang tersebut dapat mengarahkan ke gerak karakteristik orang tersebut.
Prinsip ini digunakan dalam peralatan pendeteksian kejujuran atau kebohongan (lie detector).
Demikian juga respon ini dapat tercerminkan melalui getaran bandul sederhana yang dipegang oleh orang tersebut dalam posisi berkonsentrasi. Gerak bandul akan mengikuti kekuatan pikiran orang tersebut. Perintahkanlah untuk putar kanan, putar kiri dan gerak maju mundur (silahkan coba).


Demikianlah juga seseorang dapat “menera” dirinya untuk merespon jawaban “ya” dan “tidak” dari tubuhnya melalui kekuatan pikiran. Berkonsentrasilah dengan mengatakan “ya” dan perhatikanlah gerakan bandul tersebut, kemudian katakan “tidak” dan lihat respon gerakannya. Pola gerakan “ya” dan “tidak” seseorang akan tetap selamanya. Cara ini lebih jauh dapat digunakan untuk mengetahui jawaban sesuatu yang kita tidak tahu, tetapi tubuh dapat meresponnya, misalnya untuk mendiagnose penyakit seseorang. Silahkan coba cara berikut (lihat Gambar 6) :
Gambar 6
A= pendiagnosa : memberi  pertanyaan
B= yang mendiagnosa : tubuh menjawab


Pegang bandul sambil berhadapan dengan seseorang yang akan di diagnosa. Baik anda atau orang tersebut diminta berdoa berkonsentrasi dengan kekuatan pikiran mengaktifkan agar tubuh memberikan respon yaitu :
-         Seseorang tersebut merespon pertanyaan anda,
-         Anda sendiri menerima respon tubuh orang tersebut.

Jika anda mengetahui anatomi tubuh manusia, mulailah tanyakan misalnya: Apakah Bapak/Ibu Hasan (sebut nama) mempunyai sakit tenggorokan?
Perhatikan respon gerakan bandul yang anda pegang.
Demikianlah pertanyaan dapat disusun untuk menanyakan kesehatan seluruh bagian tubuh orang tersebut dan sampai detail.
Insya Allah informasi tersebut benar dan dapat diuji kebenarannya terhadap diagnosa medis oleh dokter.
Cara melihat gerakan bandul ini dapat digunakan untuk berbagai hal yang sifatnya tubuh dapat memberikan respon.

2. MENGIMBAS TUBUH ORANG LAIN
Seseorang dengan kemampuan menghasilkan medan magnet dan elektromagnet yang kuat (karena tingkat pendalamannya telah tinggi) dapat melakukan imbasan kepada orang lain untuk berbagai maksud (sebaiknya dilakukan untuk maksud baik). Berikut akan diuraiakan suatau analisis mekanistik mengapa proses imbasan tersebut bermanfaat.

  1. Imbasan Melancarkan Polarisasi Darah
Imbasan ini sebaiknya dilakukan oleh yang ahli (Pelatih yang Bertugas Membuka) kepada yang masih belajar. Dengan medan yang kuat dan dengan kekuatan pikiran yang terkonsentrasi dan doa kepada Allah Yang Maha Kuasa, Si Pengimbas melakukan pengimbasan pada bagian tubuh internal yang dapat mengalirkan peredaran darah dan fungsi syaraf agar kelenjar hormonal tertentu berfungsi ketika terjadi proses tekanan otot perut, tekanan pada organ internal efektif sehingga proses mekanisme mempolarisasi darah terbentuk. Kemudian latihan sungguh-sungguh akan menyempurnakan mekanisme tersebut. Pengimbasan ini sangat sugestif, yaitu yang diimbas perlu menerima dan memfungsikannya. Pada saat pengimbasan terjadi “tuning” resonansi yang baik.

  1. Imbasan Penyembuhan
Karena masing-masing bagian tubuh manusia memancarkan medan magnet maka akan terbentuklah “peta raga” magnetik manusia. Pandangan rasa seseorang yang berkemampuan seakan-akan seperti melihat foto rontgen. Proses hidup pada sel tubuh manusia membuat peta raga ini dinamik. Sebetulnyalah dapat diartikan, imbasan dari luar adalah interaksi medan magnet luar dengan peta raga ini. Kekuatan pikiran si pengimbas dapat melakukan “treatment” pada peta raga ini (dapat juga disebut raga astral).
Demikian dengan ridha Allah proses penyembuhan dapat berhasil. Komponen peta raga termasuk di dalamnya peta sel-sel penyakit atau kuman penyakit yang hidup. Sel penyakit akan menyerap sari makanan dalam darah untuk kehidupan, bahkan dapat menghancurkan butiran darah (Lihat Gambar 7). Sel terjadi dari plasma yang merupakan protein (rangkaian asam amino). Adanya atom aksigen membuat plasma tersebut paramagnetik. Kekuatan pikiran si pengimbas (penyembuh) akan mempolarisasikan secara kuat darah dan sel tubuh si sakit, sehingga berfungsi menuju normal dan menghentikan fungsi sel penyakit dengan memutar polarisasinya agar tidak menyerap sari makanan dari darah pada sel tubuh. Akibatnya sel penyakit kekurangan kekuatan untuk hidup dan darah putih dari si sakit dapat membunuh sel penyakit tersebut, serta oksigen dalam darah membakarnya. Banyak dan sedikit jumlah sel penyakit menjadi ukuran lama dan sebentar penyembuhan terjadi. Agar proses penyembuhan terjadi dengan baik, si sakit perlu menerima dengan baik proses imbasan tersebut. Kepada si sakit dapat diberikan secara langsung air yang telah diberi imbasan dan tenaga dan juga obat-obatan medis agar terjadi secara bersamaan proses penyembuhan secara kimia (penggunaan obat jangan berlebihan).

Cara pengimbasan dapat dilakukan dengan memasukkan tenaga, menarik / menyapukan tenaga dan atau melakukan pembilasan / flushing yaitu mengalirkan imbasan (lihat Gambar 7).



Gambar 7
Proses flushing darah



Pengimbasan untuk penyembuhan tidak tergantung pada jarak yang penting terjadi tuning (dapat melalui kontak telepon).












  1. Imbasan Preventif Bela Diri
Telah diuraiakan pada bagian terdahulu bahwa adanya pancaran medan magnet menghasilkan perisai terhadap datangnya debu elektrostatik. Ini merupakan sifat preventif.
Cara prefentif aktif adalah melakukan imbasan magnetik diarahkan dengan kekuatan pikiran untuk membentuk perisai yang dapat menolak tenaga yang akan menyerang. Perisai preventif ini dapat membatalkan niat orang untuk menyerang, orang tidak perhatian untuk menyerang atau menolak serangan yang membuat penyerang tertolak. Seseorang menyerang kita berarti melakukan “tuning” (negatif, ingin merugikan).
Dengan prinsip menyimpan tenaga, preventif bela diri dapat digunakan untuk melindungi barang dan seseorang dengan menyimpan imbasan menutupi barang dan seseorang tersebut.

  1. Imbasan untuk Komunikasi
Memancarkan medan imbasan dapat digunakan untuk menyampaikan informasi. Seseorang dengan suatu kepekaan dan melakukan tuning dengan si pemancar imbasan dapat menerima informasi tersebut. Proses ini disebut telepati. Latihan telepati dapat dilakukan dengan membayangkan suatu “benda” disimpan di suatu titik dan kemudian diduga oleh orang lain atau mencoba mencermati rasa atau dugaan perasaan yang terjadi.





Daftar Bacaan Khusus
Sheeler, Philip, Donald E, Bianchi, 1987, Cell and Molecular Biology,3rd, John Wiley & Son Inc.

Kamis, 21 Maret 2013

ARTI LAMBANG SINAR PUTIH



Tanggal berdirinya dilambangkan oleh : Jumlah sinar 5 buah setiap kelompoknya, menandakan 2 dan5 artinya : tanggal 2 bulan 5
Jumlah kelompok sinar : 8 buah menandakan tahun 8, lingkaran paling luar menandakan angka 0 jadi bila digabungkan menjadi angka 8 dan 0, menandakan tahun 80 (tanggal 2 bulan 5 tahun 1980)
Gambar Orang : Menandakan setiap anggota sinar putih selalu siap menghadapi segala rintangan .
Baju Merah (Warna Merah): Artinya berani menghadapi segala rintangan berdasarkan kebenaran
Warna Celana Hitam (Warna Hitam) : Artinya keteguhan hati
Biru (Background) : Artinya kesejukan jiwa aggota sinar putih

Sinar Putih : Artinya setiap anggota LBD Sinar Putih harus mampu menyinari kebaikan untuk dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya

PROFIL LBD SINAR PUTIH

NAMA LENGKAP : Lembaga Bela Diri SINAR PUTIH
TANGGAL BERDIRI : 2 Mei 1980
NAMA GURU : Drs. H. Mudhoffar Ash Shidieq


Lembaga Bela Diri Sinar Putih dalam berlatihnya dibagi dalam dua bagian, yaitu :
- Bagian A : di khususkan untuk gerak fisik/Pencak Silat
- Bagian B : di khususkan untuk olah pernapasan dengan persyaratan umur harus lebih dari 19 Tahun.

Orientasi latihan olah pernapasan Sinar Putih bukan untuk mencari kesaktian, tetapi ditekankan pada pemanfaatan untuk kesehatan.

Lembaga Bela Diri SINAR PUTIH Unit Cipelem - Bulakamba - Brebes

Sekretariat : Jln. Raya Cipelem
Desa Cipelem Kec. Bulakamba Kab. Brebes 52253
Ketua  : H. Azizil Ghofar Djauhari
Tempat Pelatihan : Halaman MTs Al - Hikmah Cipelem
Waktu Pelaksanaan : Senin Malam Selasa Pukul 20.00 - Selesai

SEJARAH TENAGA DALAM INDONESIA

Banyak Perguruan ataupun pribadi yang menawarkan pelatihan-pelatihan tenaga dalam. Namun tak banyak dari mereka yang paham sejarah tenaga dalam itu sendiri. Memang perkembangan tenaga dalam Indonesia tidak diimbangi kepedulian dalam penelusuran asal-usul, siapa tokoh yang menciptakan dan mengembangkannya. Bahkan sebagian besar dari perguruan itu berupaya menyembunyikan sejarah dari mana pendiri perguruan itu belajar tenaga dalam. Ada juga Guru yang sengaja mengarang sejarah layaknya cerita yang di-dramatisir untuk mendongkrak nama dan “omset penjualan” perguruannya.

Berikut ini adalah hasil temuan kami atas pengamatan dan penelusuran sejarah Tenaga Dalam di Indonesia.

Tenaga dalam (versi Indonesia) identik dengan ilmu yang mampu menghalau lawan dalam keadaan amarah/emosi dari jarak jauh. Lazimnya, bela diri jenis ini digali melalui olah napas, jurus dan pengejangan pada bagian tubuh tertentu (dada/perut). Terkadang pula disertai ajaran spiritual.

Perkembangan sejarah tenaga dalam di Indonesia diwarnai oleh 4 tokoh penting. Yaitu Muhammad Toha pendiri Sin Lam Ba (Jakarta), Anandinata pendiri Margaluyu (Bandung), H Abdul Rasyid pendiri Budi Suci (Bogor) dan Nampon pendiri Tri Rasa (Bandung).

Pada akhir abad 19 tenaga dalam sudah mulai dipelajari secara terbatas tetapi baru keluar dari “sangkar”-nya pada tahun 1932 ketika Nampon melakukan aktivitas nyleneh di depan stasiun Padalarang. Saking girangnya menyambut kelahiran anak pertamanya, Nampon diluar kesadarannya berteriak-teriak seperti orang gila. Karena dianggap gila, Nampon hendak diringkus beramai-ramai. Namun dari sekian orang yang akan menjamah tubuhnya itu jatuh terpelating.

Nampon lahir di Ciamis pada tahun 1888 dan wafat tahun 1962. Semula adalah pegawai di jawatan kereta api di jaman Belanda. Ia dipecat dan berulang kali masuk bui karena sikapnya yang anti penjajah Belanda. Diantara murid Nampon yang berjasa ikut mengembangkan tenaga dalam adalah Setia Muchlis dan KM Tamim yang kemudian mendirikan perguruan TRI RASA yang banyak diikuti kalangan Mahasiswa di Bandung, diantaranya murid itu adalah Bung Karno dan M Natsir.

Dari Nampon

Menurut kalangan pendekar sepuh di wilayah Jawa Barat, sebelum memperkenalkan “jurus tenaga dalam“ Nampon banyak belajar ilmu dari pendekar yang lebih senior. Ia pernah berguru pada Abah Khoir pencipta silat Cimande, dan pendekar-pendekar asal Batavia diantaranya Bang Madi, Bang Kari, Bang Ma’ruf juga H Qosim pendekar yang diasingkan kerajaan Pagar Ruyung, Padang karena mengajarkan silat di luar kerajaan.

Kini ketika perguruan tenaga dalam menjamur hampir di seluruh kota dengan bendera yang berbeda-beda (walau corak jurus dan oleh napas serupa), kemudian muncul pertanyaan, dari mana asalnya ilmu tenaga dalam dan siapa tokoh yang pertama kali menciptakannya?

Sidik, murid dari H Abdul Rosyid pendiri aliran Budi Suci yang banyak menyebarkan aliran ini di Jawa dan Sumatra, pada tahun 1985 mengatakan bahwa jurus tenaga dalamnya diwarnai keilmuan Abah Khoir dan Nampon. Begitu halnya dengan aliran yang banyak berkembang di Jawa Tengah, seperti Ragajati di Banyumas, JSP (Jurus Seni Penyadar) di Tegal dan beberapa aliran di Semarang.

Yosis Siswoyo Guru Besar aliran Bandar Karima Bandung saat dikonfirmasi, mensinyalir bahwa kemunculan tenaga dalam di wilayah Jawa Barat secara terbuka memang terjadi pada masa Nampon sepulang dari penjara Digul.

Namun demikian Yosis tidak berani memastikan pencipta jurus tenaga dalam itu Nampon seorang, mengingat pada masa yang hampir bersamaan, di Batavia/Jakarta juga muncul aliran Sin Lam Ba dan Al-Hikmah, bahkan pada tahun yang hampir bersamaan, di daerah Ranca Engkek Bandung Andadinata memunculkan ilmu tenaga dalam yang diklaim asli hasil pemikirannya sendiri.

Aliran Andadinata ini kemudian dikenal dengan nama Marga Rahayu namun kemudian dirubah menjadi Margaluyu dan mulai dikenalkan pada pada khalayak pada tahun 1932, tetapi pada tahun 1922 aliran itu sudah diperkenalkan dalam lingkup yang terbatas.

Anandinata konon memiliki beberapa murid, diantaranya Dan Suwaryana, dosen ASRI yang juga wartawan di Yogyakarta. Dari Dan Suwaryana ini kemudian “pecah” (berkembang) lebih dari 17 perguruan tenaga dalam besar yang kini bermarkas di kota gudeg, Yogyakarta, diantaranya Prana Sakti yang dikembangkan Aspanuddin Panjaitan.

Menurut berbagai pihak yang dapat dipercaya, perguruan yang terinspirasi oleh Prana Sakti itu, diantaranya : Prana Sakti Indonesia, Prana Sakti Jayakarta, Satria Nusantara, Perdawa Padma, Radiasi Tenaga Dalam, Kalimasada, Bunga Islam, Al-Barokah, Indonesia Perkasa, Sinar Putih, Al-Barokah, Al-Ikhlas, dll.

Para Wali

Konon, keilmuan yang ada pada Margaluyu itu sendiri memiliki silsilah dari para Wali di tanah Jawa, yang apabila diruntut yaitu dari Syekh Datul Kahfi – Prabu Kian Santang / P.Cakrabuana (Setelah masuk Islam dikenal sebagai Sunan Rahmad Suci Godong Garut) kemudian ke : Sunan Gunung Jati dan dari beliau turun ke Anandinata.

Hingga kini sejarah tenaga dalam masih misteri, siapa tokoh yang pertama kali menciptakannya. Para pinesepuh juga tidak memiliki refrensi yang kuat berkaitan dengan sejarah perguruan dan pencetusnya.

Dari kalangan Budi Suci atau perguruan yang mengambil sumber dari aliran yang didirikan H Abdul Rosyid ini setidaknya ada 3 nama tokoh yang disebut-sebut dalam “ritual” yaitu Madi, Kari dan Syahbandar (atau disebut Subandari, tetapi bernama asli H Qosim).

Tentang nama Madi, Kari dan Syahbandar sebagaimana disebut diatas, memang banyak mewarnai keilmuan Nampon, namun keilmuan itu lebih bersifat fisik, karena dalam catatan “tempo doeloe” Madi dan Kari belum memperkenalkan teknik bela diri tenaga dalam (pukulan jarak jauh).

Baik Madi, Kari dan Syahbandar dikenal sebagai pendekar silat (fisik) pada masanya. H. Qosim yang kemudian dikenal sebagai Syahbandar atau Mama’ Subadar karena tinggal dan disegani masyarakat desa Subadar di wilayah Cianjur. Sedangkan Madi dikenal sebagai penjual dan penjinak kuda binal yang diimpor asal Eropa.

Dalam dunia persilatan Madi dikenal pakar dalam mematah siku lawan dengan jurus gilesnya, sedangkan Kari dikenal sebagai pendekar asli Benteng Tangerang yang juga menguasai jurus-jurus kung fu dan ahli dalam teknik jatuhan.

Pada era Syahbandar, Kari dan Madi banyak pendekar dari berbagai aliran berkumpul. Batavia seakan menjadi pusat barter ilmu bela diri dari berbagai aliran, mulai dari silat Padang, silat Betawi kombinasi kung fu ala Bang Kari, juga aliran Cimande yang dibawa oleh Khoir.

Dari aliran Budi Suci yang keilmuannya konon bersumber dari Khoir dan Nampon, juga tidak berani mengklaim bahwa tenaga dalam itu bersumber (hanya) dari Nampon seorang. Begitu halnya kalangan yang mengambil sumber dari Margaluyu.

Kalangan Budi Suci, menganalisa bahwa Namponlah yang patut dianggap sebagai pencipta, karena dalam ritual (wirid), nama-nama yang disebut adalah Madi, Kari dan Syahbandar (Syeh Subandari), sedangkan nama Nampon tidak disebut-sebut. Ini menunjukkan bahwa inspirasi ilmu berasal dari tokoh sebelum Nampon, walau nampon yang kemudian merangkum dan menyempurnakannya. Namun simpulan itu diragukan mengingat pada masa pendekar Madi, Kari, Sahbandar ini tenaga dalam belum dikenal.

Terbukti, dalam suatu peristiwa saat Madi diserang kuda binal juga mematahkan kaki kuda dengan tangkisan tangannya, dan Khoir guru dari Nampon saat bertarung dengan pendekar Kung Fu, juga menggunakan selendang untuk mengikat lawannya pada pohon pinang. Artinya, jika tenaga dalam itu sudah ada, dan mereka-mereka itu adalah pakarnya, kenapa musti pakai selendang segala? Kenapa tidak pakai “jurus kunci” agar pendekar Kung Fu itu tidak bisa bergerak.

Justru pemanfaatan tenaga dalam itu baru tercatat pada era Nampon tahun 1930-an. Kasus “histeris” saat menyambut kelahiran anaknya di depan stasiun Padalarang, dan pertarungan Nampon dengan Jawara Banten juga saat melayani tantangan KM Thamim yang (setelah kalah) lalu berguru kepadanya.

Yosis Siswoyo (63) dari Silat Bandar Karima (kepanjangan dari Syahbandar, Kari dan Madi) termasuk kalangan pendekar generasi tua di Bandung juga mengakui dari kalangan perguruan pencak silat dan tenaga dalam memang kurang mentradisikan dalam pelestarian sejarah perguruannya.

Walau Yosis menyebut Nampon dan Andadinata sebagai tokoh yang banyak berjasa mengenalkan tenaga dalam di wilayah Jawa Barat, namun kemunculan Sin Lam Ba dan Al-Hikmah di Batavia pada kurun waktu yang hampir bersamaan, (bahkan disinyalir lebih dulu) juga perlu dipertimbangkan bagi yang ingin melacak sejarah.

Tentang Sin Lam Ba, H Harun Ahmad, murid Muhammad Toha guru besar Sin Lam Ba - Jakarta, kepada penulis menjelaskan bahwa pada tahun 1896 Bang Toha yang juga anggota Polisis di zaman Belanda itu menemukan jurus tenaga dalam dari H Odo seorang kiai dari pesantren di Cikampek, Jawa Barat sedangkan Al-Hikmah yang dikembangkan oleh Abah Zaki Abdul Syukur juga bersumber dari Bang Toha bahkan pada awal kali memulai aktivitas perguruannya, sempat bergabung dibawah panji Sin Lam Ba. Namun ketika H Harun Ahmad ditanya tentang dari mana H Odo mendapatkan ilmu itu, ia tak dapat menjelaskannya.

H Harun hanya menjelaskan, aliran tenaga dalam yang kini berubah menjadi nama yang banyak dan berbeda-beda itu, dulunya adalah “Ilmu Tanpa Nama” yang kemudian dikembangkan pencetusnya dengan cara mengadopsi atau menyampur dari berbagai aliran yang pernah dipelajarinya.

Mulai Berubah Fungsi

Melacak sejarah perkembangan tenaga dalam setidaknya dapat ditelusuri dari sejarah berdirinya aliran tenaga dalam “tua” yaitu :

1896 pertemuan M. Toha dengan H. Odo di Cikampek lalu berdiri aliran Sin Lam Ba di Jakarta.

1922 secara terbatas Andadinata mulai memperkenalkan jurus tenaga dalam di daerah Ranca Engkek, Bandung. Dari Andadinata kemudian muncul aliran Margaluyu.

1932 Nampon mendirikan aliran Tri Rasa di Bandung dan H. Abdul Rosyid mendirikan aliran Budi Suci di Bogor.

Penelusuran sementara sejarah perkembangan perguruan tenaga dalam lebih tertuju pada wilayah Jawa Barat dan Batavia sebagai tempat kelahiran aliran tenaga dalam.

Aliran bercorak Nampon menyebar ke Jawa Tengah melalui perguruan Ragajati, JSP (jurus seni penyadar) dan beberapa aliran tanpa nama.

Sin Lam Ba lebih banyak berkembang di wilayah Jakarta, sedangkan Al-Hikmah masuk Jawa Tengah melalui jalur pesantren Bambu Runcing di Parakan Temanggung. Budi Suci yang didirikan H. Abdul Rosyid di Bogor memilih wilayah pengembangan di wilayah pantai utara ke arah timur mulai dari Jakarta, Bekasi, Karawang, Cikampek, Kuningan, Indramayu dan Cirebon, Semarang, Rembang dan tahun 1983 di Cluwak, Pati Utara. Sedangkan Margaluyu justru berkembang pesat di wilayah Yogyakarta, walau guru yang belajar dari aliran ini kemudian mengganti perguruan dengan nama baru.

Pada tahun-tahun berikutnya, perkembangan perguruan tenaga dalam layaknya MLM (Multi Level Marketing). Seseorang yang belajar pada suatu perguruan memilih untuk mendirikan perguruan baru sesuai selera pribadinya. Ini adalah gejala alamiah yang tidak perlu dimasalahkan, karena setiap guru atau orang yang merasa mampu mengajarkan ilmu pada orang lain itu belum tentu sepaham dengan tradisi yang ada pada perguruan yang pernah diikutinya.

Pertimbangan merubah nama perguruan itu dilatarbelakangi oleh hal-hal yang amat kompleks, mulai adanya ketidaksepahaman pola pikir antara orang zaman dulu yang mistis dan kalangan modernis yang mempertimbangkan sisi kemurnian aqidah dan ilmiah, disamping pertimbangan dari sisi komersial. Yang pasti, misi orang mempelajari tenaga dalam pada masyarakat sekarang sudah mulai berubah dari yang semula berorientasi pada ilmu kesaktian menuju pada gerak fisik (olah raga) karena orang sekarang menganggap lawan berat yang sesungguhnya adalah penyakit. Karena itu, promosi perguruan lebih mengeksploitasi kemampuan mengobati diri sendiri dan orang lain.

Aliran perguruan tenaga dalam yang mengeksploitasi kesaktian kini lebih diminati masyarakat tradisional. Dan menurut pengamatan penulis, perguruan ini justru sering “bermasalah” disebabkan pola pembinaan yang menggiring penganutnya pada sikap “kejawaraan” melalui doktrin-doktrin yang kurang bersahabat pada aliran lain dari sesama perguruan tenaga dalam maupun bela diri dari luar (asing).

Sikap ini sebenarnya bertentangan dengan sikap para tokoh seperti Bang Kari yang selalu wanti-wanti agar siapapun yang mengamalkan bela diri untuk selalu memperhatikan “sikap 5” yaitu : 1. Jangan cepat puas. 2. Jangan suka pamer. 3. Jangan merasa paling jago. 4. Jangan suka mencari pujian dan 5. Jangan menyakiti orang lain.

Dan perlu diingat, perkembangan pencak silat sebagai dasar dari tenaga dalam itu, baik pelaku maupun keilmuannya dapat berkembang karena silaturahmi antar tokoh, mulai dari silat Pagar Ruyung Padang yang dibawa H Qosim (Syahbandar), Bang Kari dan Bang Madi yang merangkum silat Betawi dengan Kung Fu, juga Abah Khoir dengan Cimandenya, RH. Ibrahim dengan Cikalongnya.

Rangkapan Fisik

Setiap perguruan tenaga dalam memberikan sumbangsih tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Margaluyu menorehkan tinta emas sebagai perguruan tua yang banyak mengilhami hampir sebagian besar perguruan di Indonesia, dan cabang-cabang dari perguruan ini banyak berjasa bagi pengembangan tenaga dalam yang ilmiah dan universal.

Sin Lam Ba, Al-Hikmah, Silat Tauhid Indonesia berjasa dalam memberikan nafas religius bagi pesertanya, dan aliran Nampon berjasa dalam memberikan semangat bagi para pejuang di era kemerdekaan.

Terlepas dari sisi positif dari aliran-aliran besar itu, pengembangan aliran tenaga dalam yang kini masih memilih corak pengembangan bela diri dan kesaktian itu justru mendapat kritik dari para pendahulunya.

Pada tahun 1984 Alm. Sidik murid dari H Abdul Rosyid saat berkunjung ke wilayah Pati utara dan menyaksikan cara betarung (peragaan) suatu perguruan “pecahan” dari Budi Suci, menyayangkan kenapa sebagian besar dari siswa perguruan tenaga dalam itu sudah meninggalkan teknik silat (fisik) sebagai basic tenaga dalam.

Artinya, saat diserang mereka cenderung diam dan hanya mengeraskan bagian dada/perut. Kebiasaan ini menurutnya suatu saat akan menjadi bumerang saat harus menghadapi perkelahian diluar gelanggang latihan. Karena saat latihan hanya dengan “diam” saja sudah mampu mementalkan penyerang hingga memberikan kesan bahwa menggunakan tenaga dalam itu mudah sekali.

Mereka tidak sadar bahwa dalam perkelahian di luar gelanggang latihan itu, suasananya berbeda. Dalam arena latihan yang dihadapi adalah teman sendiri yang sudah terlatih dalam menciptakan emosi (amarah).

Cara bela diri memanfaatkan tenaga dalam yang benar menurut Alm. Sidik sudah dicontohkan oleh Nampon saat ditantang jawara dari Banten dan saat akan dicoba kesaktiannya oleh KM Tamim. Yaitu, awalnya mengalah dan berupaya menghindar namun ketika lawan masih memaksa menyerang, baru dilayani dengan jurus silat secara fisik, menghindar, menangkis dan pada saat yang dianggap tepat memancing amarah dengan tamparan ringan dan setelah penyerang emosi, baru menggunakan tenaga dalam.

Pola pembinaan bela diri yang tidak lengkap yang hanya fokus pada sisi batin saja, sering menjadi bumerang bagi mereka yang sudah merasa memiliki tenaga dalam sehingga terlalu yakin bahwa bagaimanapun bentuk serangannya, cukup dengan diam (saja) penyerang pasti mental. Dan ketika mereka menghadapi bahaya yang sesungguhnya, ternyata menggunakan tenaga dalam tidak semudah saat berlatih dengan teman seperguruannya.

Fenomena pembinaan yang sepotong-potong ini tidak lepas dari keterbatasan sebagian guru yang pada umumnya hanya pernah “mampir” di perguruan tenaga dalam. Sidik mengakui banyak orang yang belajar di Budi Suci hanya bermodal “jurus dasar” saja sudah banyak yang berani membuka perguruan baru. Padahal dalam Budi Suci itu terdapat 3 tahapan jurus. Yaitu, Dasar Jurus – Jodoh Jurus dan Kembang Jurus (ibingan).

Karena tergesa-gesa ingin membuka aliran baru itu menyebabkan siswa sering tidak siap disaat harus menggunakan tenaga dalamnya. Dan Yosis Siswoyo dari Bandar Karima memberikan konsep bahwa keberhasilan memanfaatkan tenaga dalam ditentukan dari prinsip “min-plus” yang dapat diartikan : Biarkan orang berniat jahat (marah), aku memilih untuk tetap bertahan dan sabar.

Karena itu pembinaan fisik, teknik bela diri fisik, teknik, kelenturan, refleks dan mental bertarung perlu ditanamkan terlebih dahulu karena kegagalan memanfaatkan tenaga dalam lebih disebabkan mental yang belum siap sehingga orang ingat punya jurus tenaga dalam setelah perkelahian itu sudah usai.

Berdasarkan pengamatan, tenaga dalam berfungsi baik justru disaat pemiliknya “tidak sengaja” dan terpaksa harus bertahan dari serangan orang yang berniat jahat. Dan tenaga dalam itu sering gagal justru disaat tenaga dalam itu dipersiapkan sebelumnya untuk “berkelahi” dan akan lebih gagal total jika tenaga dalam itu digunakan untuk mencari masalah.

Tenaga dalam harus bersifat defensif atau bertahan. Biarkan orang marah dan tetaplah bertahan dengan sabar dan tak perlu mengimbangi amarah. Sebab jika pemilik tenaga dalam mengimbangi amarah, maka rumusnya menjadi “plus ketemu plus” yang menyebabkan energi itu tidak berfungsi. Dan dalam hal ini Budi Suci menjabarkan konsep “min – plus” itu dengan sikap membiarkan lawan “budi” (bergerak/amarah) dan tetap mempertahankan “suci” (sabar, tenang).

Memposisikan diri tetap bertahan (sabar) sangat ditentukan tingkat kematangan mental. Dan pada masa Nampon dan H Abdul Rosyid, tenaga dalam banyak berhasil karena dipegang oleh pendekar yang sudah terlatih bela diri secara fisik (sabung) sehingga saat menghadapi penyerang mentalnya tetap terjaga.

Sekarang semua sudah berubah. Orang belajar tenaga dalam sudah telanjur yakin bahwa serangan lawan tidak dapat menyentuh sehingga fisik tidak dipersiapkan menghindar atau berbenturan. Dan karena tidak terlatih itu disaat melakukan kontak fisik, yang muncul justru rasa takut atau bahkan mengimbangi amarah hingga keluar dari konsep “min-plus”.

Tenaga Dalam Pantura

Perkembangan tenaga dalam di wilayah eks Karisedenan Pati tak lepas dari peran Perguruan Satya dibawah asuhan alm. Soeharto – Semarang.

Satya berkembang di wilayah Pati awalnya dibawa oleh murid Soeharto bernama Subiyanto asal Jepara. Namun Subiyanto kemudian membuat perguruan Mustika. Walau perguruan ini hanya muncul sesaat kemudian tidak terdengar lagi.

Pada akhir tahun 70-an Satya masuk wilayah Pati dengan corak yang saat itu dianggap tabu karena berlatih pada tempat terbuka pada siang hari. Ini berbeda dengan aliran lain yang memilih berlatih secara sembunyi-sembunyi.

Satya lebih mudah diterima masyarakat karena sifatnya yang terbuka, lebih njawani dan tidak bernaung dibawah partai politik tertentu bahkan menerima anggota dari semua agama, walau dalam ritualnya Satya tidak jauh beda dengan aliran Budi Suci yang dikembangkan oleh Bang Ali yang saat itu juga banyak berkembang di Jawa Tengah.

Kesamaan Satya dengan Budi Suci disebabkan alm. Soeharto mengenal jurus tenaga dalam itu berasal dari Yusuf di Tanjung Pinang, dan Yusuf adalah murid dari alm. Sidik, salah satu dari murid H Abdul Rosyid sang pendiri aliran Budi Suci.

Dalam lingkup pergruannya, Soeharto hampir tidak pernah menyebut-nyebut nama Yusuf sebagai sang guru. Ini disebabkan adanya hal yang sangat pribadi berkaitan dengan sang guru yang WNI keturunan itu. Justru Soeharto lebih sering menyebut nama Sidik, walau pertemuan keduanya itu baru berlangsung diawal tahun 80-an.

Ketika beberapa pengurus Satya di Sirahan, Cluwak berhasil menemukan Sidik di Cilincing, Jakarta Utara, lalu diboyong untuk meneruskan pembinaan dari anggota Satya yang saat itu sudah pasif dari berbagai kegiatan perguruan.

Kehadiran Sidik ke Sirahan ibarat meneruskan pelajaran lanjutan yang tidak terdapat pada kurikulum Satya. Selain pembaharuan dalam jurus dasar juga meneruskan pada materi Jodoh Jurus dan Kembang Jurus ciptaan oleh Abah Khoir sang pendiri Cimande dan sebagian sudah digubah oleh H Abdul Rosyid.

Sejarah tentang tenaga dalam perlu diketahui oleh mereka yang mengikuti suatu aliran tenaga dalam. Ketidaktahuan tentang sejarah itu dapat menggiring seseorang bersikap kacang lupa kulit, bahkan memunculkan “anekdot spiritual” sebagaimana dilakukan seorang guru tenaga dalam yang karena ditanya murid-muridnya dan ia tidak memiliki jawaban lalu menjelaskan bahwa orang-orang yang ditokohkan dalam perguruan itu dengan jawaban yang mengada-ada.

Misalnya, Saman adalah seorang Syekh dari Yaman, Madi disebut sebagai Imam Mahdi, Kari adalah Imam Buchori, Subandari adalah Syeh Isbandari. Dan jawaban seperti itu tidak memiliki dasar dan konon hanya berdasarkan pada kata orang tua semata.

FILOSOFI JURUS 1 - 10 SINAR PUTIH

1. Jurus 1
Asal mula kita tidak ada dan dengan izin Allah SWT, bertemunya ovum dari Ibu dibuahi sperma dari Ayah  maka jadilah janin yang dikandung oleh Ibu selama 9 (sembilan) bulan, dari itu kita tidak boleh melupakan Ibu karena Ridho Allah SWT itu merupakan Ridhonya Ibu.

2. Jurus 2
Dengan izin Allah SWT, setelah kita dikandung 9 (sembilan) bulan, maka kita dilahirkan di dunia.

3. Jurus 3
Setelah lahir maka kita bertebar ke seluruh penjuru dunia, guna mencari nafkah (rizki) yang Allah SWT berikan dan dengan jalan yang di Ridhoi-NYA, yaitu dengan menggunakan ilmu yang kita pelajari dan ilmu yang kita punya (mencari Karunia-NYA).

4. Jurus 4
Dalam menjalani kehidupan manusia selalu dihimpit oleh hambatan-hambatan. Hambatan ada dua yaitu, hambatan kesengsaraan dan hambatan kebahagiaan. Cara untuk mengatasi berbagai hambatan itu maka kita harus berlapang dada, segala masalah pasti ada jalan keluarnya (dengan penuh kesabaran).

5. Jurus 5
Sebelum mengambil keputusan maka perhitungkan dulu jati diri kita, dalam diri kita ada 2 (dua) yaitu, keunggulan/kelebihan (strong points) dan kelemahan kita (weak points), yang tahu keunggulan/kelebihan dan kelemahan kita adalah diri kita sendiri, bukan dukun/paranormal.

6. Jurus 6
Semua masalah-masalah kehidupan kita akan selesai, dan sebelum kita masuk kubur hendaknya masalah-masalah hidup kita sudah terselesaikan agar kita tidak punya masalah, ketika kita akan meninggal.
a. Minta maaf atas kesalahan-kesalahan kita terhadap sesama mahluk Allah SWT.
b. Minta maaf atas kesalahan-kesalahan kita terhadap Allah SWT. Kesalahan kepada Allah SWT ada 2 (dua) yaitu :
1. Melanggar Perintah-NYA.
2. Melaksanakan larangan-NYA.

7. Jurus 7
Dalam kehidupan ini ternyata kita tidak hanya dihimpit oleh berbagai masalah tapi kita juga dililit oleh masalah tersebut. Maka ada pepatah yang mengatakan semakin berada di tempat yang tinggi, maka semakin sakit terasa saat jatuh.. (semakin banyak masalah yang harus di hadapi).

8. Jurus 8
Semua masalah yang dihadapi bisa diatasi dengan pandangan jauh ke depan (berpikir panjang), bertawakal kepada Allah SWT sambil berusaha.

9. Jurus 9
Dalam hidup ini banyak gosip dan mengatasinya dengan sabar, barlapang dada, tawakal dan berusaha serta mau memaafkan kesalahan orang lain. Walaupun kita berusaha menutup diri (tidak ikut campur urusan orang lain) kita tidak bisa terlepas dari gosip.

10. Jurus 10
Setelah berbagai masalah kehidupan kita hadapi, pada akhirnya kita akan meninggal dan diusung oleh orang lain menuju alam kubur.

** Inti dari SINAR PUTIH adalah memiliki kesabaran yang tinggi.
** Inti dari filosofi ini adalah untuk mengembangkan kesabaran

Rabu, 20 Maret 2013

10 MACAM DASAR POKOK


1.  Serahkan diri kita kepada Allah , resapkan :
     a. Aku adalah milik-Nya,semua yang ada ini adalah milik-Nya , kehendak-Nya semua 

         ini terjadi
     b. Rasakanlah Allah ada di mana-mana,lihatlah kekuasaan-Nya
2.  Jangan mengembangkan kebiasaan buruk
3.  Ingatlah kematian datang setiap waktu
4.  Jangan menyinggung perasaan orang lain
5.  Jauhkan diri kita dari pergaulan dengan orang-orang busuk, tetapi bergaullah dengan 

     orang-orang baik
6.  Berikan kepada orang lain sebagian dari penghasilan kita
7.  Makanlah yang halal , cegah yang haram
8.  a. Berkatalah yang benar
     b. Kembangkan kesabaran
9.  Jangan berangan-angan
10.Kalau kita bekerja sesuaikan, Camkanlah,aku mengerjakan Semua ini hanya untuk Allah